Dalam sebuah perkuliahan bersama seorang doktor Ilmu Hadis, beliau membicarakan tentang kapasitas Syaikh Albani dalam menilai hadis dhaif atau shahih, atau hasan, atau yang lainnya.
Apa ucapan beliau?
"La yu'tabar..."
(Dia tak dianggap (tidak bisa dijadikan rujukan...)
Begitu pula, saat beberapa orang kawan yang melakukan kajian hadis, dan kebetulan mendapatkan beliau sebagai pembibing, maka beliau akan mencoret setiap kutipan tentang penilaian hadis yang merujuk pada pendapat Albani:
Apa ucapan beliau?
"La yu'tabar..."
(Dia tak dianggap (tidak bisa dijadikan rujukan...)
Begitu pula, saat beberapa orang kawan yang melakukan kajian hadis, dan kebetulan mendapatkan beliau sebagai pembibing, maka beliau akan mencoret setiap kutipan tentang penilaian hadis yang merujuk pada pendapat Albani:
Maka jangan heran, semua kalimat yang tertulis "shahhahahu al-Albani" atau "Dha'afahu al-Albani" akan beliau coret.
Keadaan bertambah parah apabila mahasiswa itu tidak menyertakan takhrij hadis dari dirinya sendiri dan tidak menyebutkan pendapat ulama lain tentang hadis tersebut.
Rupanya, setelah diselidiki, ternyata Syaikh Albani itu banyak melakukan kontradiksi dalam penilaiannya terhadap hadis. Di mana di salah satu kitab, ia menyatakan sebuah hadis itu shahih sementara di kitab lainnya ia menilainya dhaif--dan sebagainya.
al-Allamah Sayyid Hasan bin Ali as-Saqqaf pun menyusun kitab yang membahas kontradiksi pendapat Syaikh Albani dalam hadis. Beliau menamakan kitabnya "Tanaqudhat al-Albani al-Wadhihaat". Dalam pengantarnya, ia menyebutkan bahwa terdapat 250 ribu lebih kontradiksi dalam penilaian Albani tentang suatu hadis.
Kitab Tanaqudhat itu sendiri disusun dalam 3 jilid, tiap jilidnya berisi lebih dari 200 halaman.
No comments:
Post a Comment